"Kos di Bandung dari kapan, neng?" tanya driver Go-Car di suatu malam padaku.
"Dari lulus SMP," jawabku. Lantas, si driver kaget karena katanya, mandiri sekali sudah hidup sendirian dari umur segitu. Yup, ternyata sudah cukup lama juga aku tinggal sendirian di Kota Kembang ini.
In the picture: kamar indekos pertamaku, walau tentu di kebanyakan hari, tidak serapi ini.
Mungkin konsep normal bagiku dan konsep normal bagi anak-anak Kota Kembang berbeda. Di kota asalku, sebagian anak-anak berumur lima belas tahun yang ingin sekolah di SMA swasta akan meneruskan pendidikannya di Bandung. Ya, kami mulai kos sendiri sejak umur segitu. Dulu, kupikir wajar saja sudah kos sendiri dari umur lima belas tahun. Tapi, setelah memikirkannya di umur dua puluhan, tinggal sendiri di umur lima belas tahun itu ide yang sedikit... wah. Anak-anak di Amerika saja baru keluar dari rumah di umur delapan belas tahun. Bayangkan, baru lulus SMP, sudah dianggap cukup dewasa untuk tinggal sendiri, mengelola keuanganmu sendiri, dan mengurus hidup sendiri.
Berasal dari keluarga yang cukup memanjakanku, ada banyak hal yang harus aku pelajari saat mulai kos sendiri. Misalnya, bangun pagi. Aku terbiasa dibangunkan. Jadi, saat harus bangun sendiri untuk hal sepenting sekolah, dulu aku sempat gugup. Bisa tidak, ya? Tapi akhirnya, rutinitas dibangunkan alarm atau telepon, mandi, lalu buru-buru sarapan dan berangkat sekolah akhirnya bisa kujalankan setiap hari. Level selanjutnya, yaitu masak makan malam sendiri, membersihkan kamar, dan mencuci sendiri pun akhirnya bisa kulewati!
Well, aku rasa kalau kamu mau hidup sendiri di indekos, kamu pasti sudah mempersiapkan segala hal yang teknis. Di sini, aku hanya akan menulis hal-hal yang kutemui di lapangan, yang mungkin tidak kamu persiapkan. Let's go!
1. Kumpulan Kerja Kelompok
Sejak dulu, entah kenapa aku selalu punya masalah dengan kaum yang satu ini. Kumpulan anak-anak yang kerja kelompok atau hanya nongkrong di indekos. Kalau kamu suka lingkungan yang berisik, oke, lewati bagian ini. Tapi, kalau kamu suka ketenangan dan an introvert sepertiku, mungkin kamu harus mempertimbangkan untuk memilih kamar yang jauh dari meja tempat kumpul-kumpul. Serius deh, menyebalkan banget kalau semua anak yang tidak kamu kenal kumpul-kumpul di depan kamarmu, lalu kamu mau ambil sesuatu di luar. For an introvert me, it's REALLY embarassing. The perks: waktu buka pintu, lalu semuanya melirik ke pintu. Please. DON'T.
Survival kit yang harus kamu punya: hoodie buat menghindari tatapan mereka dan teman extrovert. LOL!
2. Bawa Teman Menginap
Aku yakin, pasti ada masanya kamu ingin mengajak teman menginap di kos. Kadang-kadang, ada kos yang tidak memperbolehkan hal tersebut. Lantas bagaimana? Jalan ninjaku: tahu kebiasaan penjaga kos dan orang-orang di kos! HEHEHE. Kalau temanku mau menginap, biasanya kami sudah pulang sedari sore. Alasannya, kalau belum malam, tamu masih dianggap hanya bermain di kosan. Sembunyikan sepatunya dan jangan terlalu berisik. Lalu, pulang pagi-pagi sekali atau lumayan siang, sekali lagi agar dianggap sedang bermain saja. Yang penting, kenali kebiasaan orang-orang di kos, supaya meminimalisir kemungkinan ketahuan. On the background: I'm an international super spy, super spy, super spy~
3. Persoalan Taruh Barang
Walaupun tempat kos kamu ada dapurnya, JANGAN taruh peralatan atau bumbu masak di dapur. Alasannya, tentu saja karena rawan rusak dan hilang. Barang-barang yang ditaruh di tempat umum, seringkali dianggap barang bersama juga. Jadi, lebih baik kamu simpan semuanya di kamar dan dikeluarkan saat mau masak saja, walaupun memang merepotkan. Belajar dari pengalamanku, RIP alat pel yang hilang entah ke mana karena ditaruh di luar kamar!
4. Menegur Orang Lain
Buat yang satu ini, aku kebanyakan hanya diam karena malas menegur. Walaupun terganggu dengan orang-orang yang kelewat berisik di malam hari, tapi aku hanya mencurahkannya pada teman-teman atau orang tua. Nah, di tempat kosku dulu, ada cara menegur yang lebih enak dan anonim: menempelkan kertas! Yup, walaupun lebih baik bicara langsung, tapi kalau kamu segan, kamu bisa menulis note atau surat dengan bahasa yang baik, lalu ditempelkan di tempat tertentu. Kalau di tempat umum, tidak perlu sampai menulis nama pelakunya, ya.
Oh iya, sedikit rumor atau persepsi tentang indekos yang terkadang salah: orang-orang di indekos dekat. Di zaman ini, menurutku pendapat ini kurang relevan. Nyatanya, di indekos, semua orang hidup sendirian, hanya tahu nama, saling sapa, dan hanya berinteraksi kalau butuh. Lain soal kalau kamu punya teman yang kamu kenal dekat di indekos, ya. Mamaku sempat mengomel karena katanya indekos di zaman sekarang orang-orangnya cuek sekali. Well, nyatanya sebagian besar memang seperti itu. Tidak semua indekos juga punya ibu kos. Kebanyakan hanya ada pengurus atau bibi yang ditugaskan menjaga kos.
Menurutku, hidup di indekos bisa membuat kita belajar saling toleransi dan menghargai orang lain. Gaya hidup setiap orang berbeda. Mungkin ada gaya hidup orang lain yang mengganggumu atau sebaliknya, tapi semuanya bisa dibicarakan baik-baik dan saling belajar untuk jadi lebih baik. Untuk kamu yang berisik, saat tinggal di indekos, kamu harus belajar menghargai orang lain yang ingin ketenangan. Sebaliknya, untuk kamu yang suka ketenangan pun, harus belajar menghargai orang lain yang mungkin sedikit berisik.
Nah, gimana nih? Tertarik tinggal di indekos? Kalau kamu sudah pernah tinggal sendirian juga, kamu bisa ceritakan pengalamanmu di kolom comment di bawah yaa!
Comments